Polemik Susu Kental Manis (SKM) yang diiklan sebagai susu mendapat tanggapan keras dari Pengamat Kebijakan Publik Agus Pambagio. Menurut Agus SKM bukan susu tapi larutan gula rasa susu.
“SKM bukan susu tapi larutan gula rasa susu,” ujar Agus.
Dijelaskan dibanyak negara SKM sudah tidak lagi diklankan, misalnya di Eropa. Mengapa di Indonesia masih di iklankan dan menggunakan anak-anak sebagai bintang iklannya dan SKM di konsumsi seperti layaknya susu, “ini harus diatur,” terangnya seraya menegaskan pengaturan bukan pelarangan.
Lebih lanjut Agus menjelaskan untk pangan yang mempunyai dampak merugikan kesehatan manusia khususnya anak-anak dalam jangka panjang sebaiknya harus ada pengaturan khusus untuk promosi atau iklan yang ketat, tidak bisa menggunakan regulasi yang diperuntukan bagi pangan pada umumnya.
“Contohnya pangan dengan kadar gula tinggi seperti minuman ringan dengan kadar gula tinggi atau susu kental manis mutlak harus diatur terpisah termasuk pemberian label khusus. Pangan seperti ini tidak boleh diiklankan dengan menggunakan model anak-anak atau diperuntukan untuk anak anak,” tutup Agus.
Sebelumnya menurut dr. Rahmat Sentika, Sp.A, MARS, dokter spesialis anak RS Premier Bintaro gizi buruk tidak hanya karena kemiskinan, tetapi kurangnya informasi “Gizi buruk tidak hanya karena kemiskinan, tapi karena ibu tidak tahu. Yang harusnya anak diberi ASI, tapi malah dikasih susu kental manis,” jelasnya.
Seperti diketahui SKM yang beredar saat ini mengandung gula / glukosa hingga 90%, sedangkan kandungan susunya hanya berkisar 5-10%.
(Sumbawa news)
***
Susu dikenal mengandung banyak kalsium yang bisa menguatkan tulang. Namun tak cuma itu, susu juga dikenal mengandung banyak vitamin dan mineral yang bisa melengkapi kebutuhan gizi seseorang. Beragam varian susu, dari bubuk, cair, sampai kental manis pun tersedia di pasaran. Salah satu produk susu yang cukup populer ialah susu kental manis (susu kental manis). Proses penyajian yang praktis membuatnya banyak diminati konsumen. Tinggal tuang, campur dengan air panas atau dingin dan jadilah segelas susu.
Namun, menurut dokter spesialis gigi anak, Annisa Rizki Amalia, mengungkapkan susu kental manis tidak direkomendasikan untuk dikonsumsi. Ada empat alasan mengapa susu kental manis tak disarankan untuk terlalu banyak dikonsumsi.
Dokter yang juga anggota Perhimpunan Dokter Gigi Anak ini menjelaskan, susu kental manis muncul saat masa kolonial. Ketika itu orang mencari sumber makanan yang tak gampang kedaluarsa. Kemudian susu kental manis dibuat dari susu sapi murni yang dikentalkan dan ditambah gula. Kendati dibuat dari susu sapi murni, susu kental manis tak mengandung nutrisi susu sapi. Sekian banyak proses yang dilalui susu sapi membuat hasil akhir produk mengalami penurunan nutrisi. Proses pembuatan susu kental manis memerlukan gula guna membuat tekstur susu menjadi kental dan lengket. Konsumsi susu kental manis dapat menimbulkan gangguan kesehatan gigi dan mulut. Annisa mengungkapkan bahwa gula yang menempel di gigi akan menjadi asam. Proses ini masih ditambah dengan proses penguraian oleh bakteri dalam mulut. Asam dapat mengikis lapisan enamel gigi dan menyebabkan lubang gigi. Kadang orang tua merasa telah memenuhi kebutuhan kalsium dan vitamin D untuk anak lewat susu kental manis. Padahal, kandungan kalsium dan vitamin D dalam susu kental manis masih jauh di bawah susu sapi murni.
Anak memerlukan kedua nutrisi ini untuk pembentukan gigi tetap yang dimulai pada usia 6 bulan hingga 6 tahun."Kalau susu kental manis kita lihat kalsiumnya hanya 10,85 persen dan vitamin D sebanyak 0,6 persen. Bandingkan dengan susu sapi murni, jauh sekali, kalsiumnya 24,64 persen dan vitamin D ada 31,1 persen," kata Annisa. susu kental manis tak bisa disejajarkan dengan ASI. ASI, kata Annisa, juga mengandung gula, tapi gula dalam ASI merupakan laktosa. Dari semua jenis gula, laktosa merupakan gula yang paling rendah tingkat kemanisannya, sehingga balita direkomendasikan untuk mengonsumsi laktosa. Annisa menuturkan, kandungan laktosa dalam susu kental manis hanya sebanyak 10 persen dan sisanya sukrosa alias biang gula. Sedangkan ASI mengandung 40 persen laktosa. Proses menyusui juga tidak membuat ASI menempel pada gigi anak karena ASI langsung masuk ke kerongkongan. "Jadi (susu kental manis) benar-benar tidak ada gizi dan manfaatnya. Praktis dan sehat belum tentu baik untuk anak," ujarnya.
sumber : cnnindonesia.com
No comments:
Write comments