Sarang lebah madu belum banyak dimanfaatkan masyarakat. Bahkan sering sarang hewan penghasil madu ini dibuang begitu saja.
Namun, di tangan ibu-ibu warga Desa Gunung Sahilan
dan Desa Sahilan Darussalam, Kabupaten Kampar, Riau, sarang lebah
disulap menjadi lilin beraneka bentuk. Lilin dari sarang lebah itu
dirangkai menjadi bentuk bunga, bentuk kerucut, kupu-kupu, dan bentuk
menarik lain.
Salah
satu desa penghasil madu adalah Gunung Sahilan. Awalnya, masyarakat
hanya mengambil madunya saja, sedangkan sarang lebah dibuang. Setelah ada penelitian bahwa sarang lebah mengandung
lilin, jeli, dan bifolen. Masyarakat bersama LSM Kudapan membuat
kerajinan lilin dari sarang lebah.
Di Gunung Sahilan, tidak semua pohon di hutan menjadi
tempat lebah madu bersarang. Masyarakat Riau menyebut pohon tempat
lebah bersarang sebagai pohon sialang. Jenis batang sialang, seperti
rengas, kayu aro, pohon mentiana, dan pohon kempas. Ukuran batang
sialang sangat besar dan tinggi.
Menurut masyarakat sekitar, yang mau memelihara lebah
madu harus memelihara pohon sialang. Membudidayakan lebah madu secara
tidak langsung turut melestarikan pohon-pohon di hutan. "Ada aturan adat
yang melarang warga untuk menebang batang sialang. Kalau warga mau
dapat madu maka harus pelihara pohon sialang,"
Pembuatan lilin sarang lebah bisa membantu
pelestarian pohon sialang sekaligus meningkatkan ekonomi masyarakat di
sekitar hutan. Dalam satu pohon sialang ada sebanyak 200 sarang lebah.
Dalam satu pohon bisa menghasilkan 400 kg madu. Dalam satu minggu,
sedikitnya ada tiga pohon yang dipanen.
Masyarakat meninggalkan sedikit sarang lebah di pohon
sialang. Sisa sarang akan ditempati lebah madu kembali. Lilin dibuat
dengan memanaskan sarang lebah. Setelah mencair akan terbentuk dua
lapisan, lapisan atas adalah lilin dan lapisan bawah air.
Lilin yang dihasilkan harus disaring agar benar-benar
bersih dari kotoran. Lilin yang dihasilkan bisa dibentuk sesuai dengan
keinginan.
No comments:
Write comments