Wednesday, April 11, 2018

Solusi Jitu Menjelang Panen Lele



SALOKI kerap risau setiap 2 minggu menjelang panen lele. Inilah saat peternak di Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, itu menjumpai kematian lele hingga 20%. Namun, lewat penggantian air, resirkulasi, dan penggunaan probiotik, angka mortalitas itu bisa ditekan sampai di bawah 5%.

Kematian lele-lele itu cukup menyesakkan dada Saloki. Bayangkan dari kolam 10 x 8 meter yang ditebar 12 ribu bibit, dalam 2 bulan mantan kepala desa itu seharusnya mengantongi hasil panen sekitar 1,1 ton. Kenyataannya, Saloki hanya memanen rata-rata 900 kg. Dengan selisih panen 200 kg dan harga jual minimal Rp9.000, Saloki merugi Rp1,8 juta.
Saloki tidak sendirian. Banyak peternak lele di Yogyakarta, Boyolali, Jawa Tengah, sampai Karawang, Jawa Barat, mengalami kejadian serupa. "Lele tiba-tiba ditemukan mati mengambang begitu saja. Warna tubuhnya tampak kuning," ujar Jumaryanto, peternak di Desa Banaran, Kecamatan Wates, Yogyakarta.

Di mana letak kekeliruan para peternak itu? Menurut Ir. Ign. Hardaningsih, M.Si., peneliti lele dari Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, musibah itu terjadi karena amonia di kolam tinggi. Biang keroknya pakan. Maklum karena ingin memperoleh lele besar, peternak kadang kala "khilaf" memberikan pakan berlebih. Ujung-ujungnya sisa pakan-pakan itu melonjakkan kadar amonia di kolam. "Kasusnya paling lazim pada padat penebaran tinggi di atas 200 ekor/m®MDSU¯2. Kematian ikan bisa di atas 20%," ujar ahli genetika ikan itu.

Ganti Air
Tidak sulit mengatasi kendala itu. Ada beragam cara dapat dipilih oleh peternak. Hardaningsih menguraikan cara praktis dengan mengganti air 30%--50% terhitung sebulan menjelang masa panen. Langkah ini pula yang dilakukan Wagiran, ketua kelompok perikanan Trunojoyo di Kulonprogo, Yogyakarta. Ia ganti air tiga kali sebanyak 50% volume pada bulan pertama budi daya. Berikutnya di bulan ke-2 sebanyak 4 hari sekali dengan volume penggantian air serupa. "Hasilnya tidak ada kematian lele satu pun," ujarnya.
Penggantian air ini otomatis mengurangi kadar amonia di air. Prinsip itu sama seperti dilakukan para penghobi koi atau ikan hias lain untuk mencegah ikan keracunan senyawa itu di luar pemakaian aerator. Nah, bila budi daya lele dilakukan di lokasi sulit air, seperti di Gunungkidul, Yogyakarta, sistem resirkulasi dapat dipakai.

Resirkulasi air di kolam tidak njelimet. Prosesnya sederhana, memutarkan air melewati filter sebelum air itu kembali ke kolam. Nyaris persis filterisasi di kolam koi. Namun, sebagai filter penyaring dipakai kombinasi spons dan arang kayu. Kedua bahan ini terbukti mampu menangkap kotoran sekaligus mengunci senyawa-senyawa berbahaya.

Menurut Hardaningsih, untuk kolam berukuran 8 x 8 meter bisa dibuat filter 1 x 1 meter setinggi 20 cm. Di dalam filter itu bagian bawah ditabur arang, di atasnya spons. "Air dialirkan lewat pompa masuk ke filter tersebut," kata dia. Ukuran filter dapat disesuaikan dengan kapasitas pompa. Intinya jangan sampai air masuk dan tersaring meluber.

Trik lain memakai probiotik. Cara ini terbilang paling mudah karena peternak tinggal menyiramkan cairan ke kolam. Meski demikian peternak patut jeli melihat komposisi probiotik. Idealnya komposisi bakteri aktif yang terkandung antara lain bakteri nitrosomonas dan nitrobacter. "Tanpa kedua jenis bakteri pengurai itu mustahil amonia bisa turun," kata Hardaningsih.

Kombinasi
Menurut Wagiran, probiotik tak melulu disiramkan ke kolam, tetapi dapat diberikan bersama-sama pakan. Setiap 10 cc probiotik dicampurkan dengan 1 kg pakan. Cara ini akan berdampak kuat bila dikombinasikan dengan pemberian vitamin C dan B kompleks, masing-masing 2 butir untuk 1 kg pakan. "Pakan campuran ini cukup diberikan seminggu sekali," kata dia.
Peternak dapat membuat probiotik sendiri. Wagiran menggunakan starter bakteri, 2 kg gula, 1 liter molases, dan sekaleng susu kental manis. Semua bahan itu dicampurkan dalam jeriken 30 liter. Jeriken ditutup rapat dan setiap 12 jam dibuka tutupnya untuk membuang gas. "Dalam dua hari probiotik sudah siap pakai," ujarnya.

Bila probiotik buatan itu disiram langsung ke kolam, Wagiran mencampur lagi dengan urea. Caranya 10 cc probiotik dicampur 2 sendok makan urea. Campuran yang diberikan pada pagi hari efektif untuk luas bidang 1 m®MDSU¯2. Untuk ukuran kolam lebih luas, tinggal mengalikan dengan dosis standar. Alhasil, dari pengalaman Wagiran, lele dapat selamat sampai masa panen. Dengan cara itu kerugian yang diderita Saloki bisa dihindari. 

No comments:
Write comments