Sunday, February 25, 2018

Catatan Minggu Pagi Dilan, (Riba Tidak Sama Dengan Bank )?


Setahu saya statemen pak Mahfud ini senada dengan pernyataan yang saya dengar dari Ustad YM saat dulu umroh bareng beliau (bareng MasMono).
Nggak ada masalah dengan bank. Dan apa yang dilakukan bank itu bukan riba. Baik baik konvensional maupun bank syariah. Semuanya oke saja. Semuanya antarodin minkum. Semuanya wasawirhum fil amri.
Lagi bagaimana dengan komunitas yang koar-koar bank itu haram, bank itu riba, bank itu dosa, bank itu zinah, dan seterusnya?
Ya nggak papa kalo cara pemahamannya begitu. Kalo di lembaga-lembaga besar seperti Muhammadyah atau NU persoalan semacam itu sudah selesai. Sudah nggak menarik jadi perbincangan lagi.
Buat saya pribadi ya semua itu kan karena soal perbedaan tafsir dan juga soal strategi marketing komunitas yang jualan produknya. Jadi ya biasa biasa saja kalo saya dari dulu meresponsnya. Namanya saja jualan, ya lebih powerful kalo pake ayat atau dalil yang sekiranya dipaspaskan sesuai tafsirnya. Dan itu boleh-boleh saja yang penting semua dilakukan secara sadar dan bertanggung jawab.
Itu pula sebabnya dalam seminar-seminar Rich saya selalu menekankan jika bisnismu mau cepat tumbuh ya berhutangnya ke bank, jangan pinjam ke teman. Bahaya. Uangnya akan hilang dan pertemananmu akan rusak.
Muhammadyah misalnya bisa punya lebih dari 500 kampus, 1000 rumah sakit, 2000 sekolah ya karena punya hubungan baik dan bekerjasama dengan bank, padahal jumlah umatnya sedikit. Nggak sampe 30 juta orang tapi asetnya bisa puluhan trilyun. Kalau nunggu urunan dari jamaah, kapan punya usaha sebesar itu untuk kemaslahatan masyarakatnya.
Contoh lainnya, Pesantren hidayatullah. Pesantren itu kalau nggak bekerjasama dengan bank ya mungkin sampai hari ini baru punya satu dua bangunan sekolah islam terpadu dan pesantrennya. Tapi dengan berhubungan dan bekerjasama dengan bank dalam pembiayaannya, lihatlah hanya dalam hitungan sepuluh tahunan sudah bisa membangun ratusan pesantren dan sekolah islam di puluhan kota. Bisa menyebarkan dakwah memberikan pendidikan terbaik kepada generasi muda secara masif dan merata.
Itulah sebabnya saya selalu sarankan teman-teman komunitas kalau pinjam uang harus ke bank, jangan ke sesama teman. Berhutang dengan bank akan membuat perilakumu jauh lebih menjadi islami. Belajar bermusyawarah dan akad, membayar dengan disiplin, proses simbiosis mutualisme, dan saling menguntungkan keduabelah pihak dengan mengedepankan kejujuran kondisi masing-masing. Tidak akan ada yang merasa dizalimi satu terhadap yang lain. Kedua belah pihak akan tumbuh bersama. Equal. Itulah perilaku islami. Saling menguatkan satu sama lain, berkembang tumbuh bersama.
Sebaliknya, minjam duit pada saudara atau teman hanya akan menjauhkanmu dari perilaku yang islami. Potensi saling menzalimi sangat besar sekali terjadi. Berhutang tanpa perjanjian hitam putih (akad jelas), gampang ingkar janji, menyepelekan waktu pembayaran, mudah berbohong bikin alasan, tidak mau berbagi memupuk sifat bakhil, dan rusak semua tali silaturahmi karena penyimpangan utang mudah terjadi. Bahkan, saat menagih, yang punya uang bisa meminta-minta bak pengemis yang sangat memelas padahal yang diminta uangnya sendiri. Kezaliman begitu mudah terjadi! Dan itu bukanlah ajaran Islam sama sekali. Jauh dari nilai-nilai islami. Jauh dari akhlakul kharimah.
Soal lebih baiknya pinjam uang ke bank ini sudah pernah saya ulas panjang lebar di web www.amongkurniaebo.comsekitar dua tahun yang lalu. Dan di group FB Cara Lucu Jadi Pengusaha. Dan sudah banyak peristiwa yang membuktikan bahwa dengan memijam uang ke bank atau koperasi dan semacamnya selain kedua belah pihak jadi terang benderang juga tingkat keberkahannya lebih tinggi. Tujuan berhutang tercapai, bisnis bisa tumbuh dengan baik, dan tidak merusak silaturahmi keluarga.
Seorang teman bercerita, bapaknya dulu pantang berhutang ke saudara untuk menyekolahkan anak-anaknya. Lebih memilih menggadaikan sertifikat tanahnya untuk mengentaskan pendidikan anak-anaknya hingga sarjana semua. Dia happy, anak-anaknya happy, banknya happy, hubungan dengan keluarga besar aman dan damai, semua mencapai tujuannya tanpa ada yang terzalimi. Dia menyebutnya sebagai keberkahan duit bank.
Dan kami pun tertawa bareng, sambil nyeruput kopi dan menghisap lagi rokok asam amino ciptaan Dr Greta Zahar No 38 yang hampir padam apinya. Saya sendiri ambil rokok yang no 19 yang buat kesehatan jantung.
.
Entahlah, kadang aku berpikir: Islam itu mudah. Tapi kadang umatnya sendiri yang bikin ruwet. Banyak yang beragama masih berkutat di penafsiran tunggal atas teks, dan lupa bahwa kebenaran absolut itu hanya punya Allah semata. Beragama itu harusnya tumbuh. Bukan sekedar saleh ritual ansich, tapi juga sekaligus kudu saleh sosial. Bukan sekedar menjadi skriptualis, tapi juga harus mempertimbangkan konteks.
Kadang saya curiga ada skenario besar untuk menjauhkan umat islam dari bank. Tujuannya agar jauh dari uang dan akses permodalan. Kalo sudah dibuat begitu maka umat Islam akan bisa selalu dikondisikan tetap miskin, bodoh, dan terbelakang!
Barusan dapat kabar dari teman di Solo, beberapa korban seminar anti bank sudah mulai berjatuhan. Ada yang bisnisnya langsung kolaps begitu memutuskan tiba-tiba kerjasamanya dengan pihak bank. Ada yang yang importnya mandeg karena sudah tak punya lagi kartu kresit untuk pembayaran produknya. Ada yang travelnya berhenti karena tak bisa lagi issued tiket untuk peserta group tournya karena kartu kreditnya sudah dipotong semua saat ikut seminar. Ada juga pasangan suami isteri yang sekarang proses perceraian di pengadilan Sukoharjo karena setelah habis ikut seminar suaminya langsung risain padahal posisinya sudah manager. Enam bulan setelah risain tidak mendapatkan pekerjaan baru dan isteri hanya diberi nafkah sabar, sabar, sabar akhirnya nggak kuat dan mengajukan gugatan ke PA. Ketiga anaknya diungsikan ke orang tuanya. Entah bagaimana nasib mereka nanti. Semoga saja semua dikuatkan. Keputusan yang gegabah karena mengikuti trend memang bisa berdampak buruk dan berujung penyesalan.
Senoga tulisan pak Mahfud yang jelas dan tegas ini bisa menjadi penguat sekaligus pencegah ke yang lain agar tidak bertindak konyol dalam memutuskan sesuatu. Tabik!!!

sumber : Status FB Among Kurnia Ebo

No comments:
Write comments